Loh? Baca artikel ini? Pasti tadi Sobat Hidup lagi ngerjain tugas atau kegiatan terus gabut, gabut, dan buka artikel ini kan? Hehe MinHup cuma nebak sih. Soalnya, MinHup juga sering melakukan kegiatan selingan di antara kegiatan yang sebenernya lagi berlangsung. Itu bahasa halusnya menunda pekerjaan sih … sering juga disebut dengan istilah prokrastinasi.
“Seengaknya MinHup ngerjain sih, gak bener-bener meninggalkan kewajiban. Nothing’s wrong.”
Hmm … emang iya menunda kegiatan itu biasa aja?
Kebetulan MinHup udah baca-baca, yuk simak!
Prokrastinasi itu wajar gak sih?
Iya.
Dari sumber-sumber yang MinHup baca, prokrastinasi adalah penundaan kegiatan yang dilakukan secara sadar tapi sebenernya enggak terlalu penting untuk ditunda. Hal ini sangat lazim terjadi dan bukan gangguan pada kesehatan mental. Alasan kita menunda pun bisa beragam, mulai dari males kalo kegiatannya yang perlu diberesin (misalnya nyapu atau nyuci piring) ataupun mendahulukan pengerjaan hal lain yang lebih penting.
Namun,
- Ada orang yang terlalu sering menunda kegiatannya sampai ke level yang enggak wajar (chronic procrastinators).
- Prokrastinasi memang bukan gangguan kesehatan mental tetapi bisa menjadi gejala dari gangguan kesehatan mental lainnya seperti depresi, OCD, atau ADHD.
Penyebabnya apa, Min?
- Salah paham terhadap reward dan keperluannya
Mereka seneng pas nunda kegiatannya karena mereka termotivasi untuk melakukan kegiatan yang memberikan kesenangan dengan cepat dibanding kegiatan yang memberikan kesenangan dengan lama. Selain itu, mereka punya mindset menyepelekan tugas, kayak ‘itu mah gampang dan bisa dikerjain nanti’ (padahal enggak gampang juga, terus butuh banyak effort dan waktu untuk menyelesaikannya).
Misal, dia punya dua kegiatan, mengambil pakaian di jemuran dan menonton film favoritnya. Dia bakal milih nontonin film itu dan berpikir ‘angkat jemurannya nanti aja’.
- Kondisi kesehatan mental
Prokrastinasi bisa menjadi ciri dari gangguan kesehatan mental seperti depresi, OCD, dan ADHD. Orang yang depresi merasa putus asa dan tidak berdaya untuk mengerjakan sebuah kegiatan. OCD membuat seseorang mengalami perfeksionisme yang salah sehingga ia bimbang dalam membuat keputusan dan menghindari tugas karena takut salah (akibat menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi atau memikirkan ekspektasi orang lain). Sementara itu, orang dengan ADHD mudah terdistraksi oleh kondisi luar maupun pikirannya sendiri sehingga ia kesulitan untuk menyelesaikan kegiatannya.
-
Sangat menjaga mood
Prokrastinator merasa perlu untuk mengatur moodnya saat ini, tetapi ia malah mengorbankan dirinya di masa depan. Penyebabnya adalah orang tersebut membandingkan pengalaman buruk (dengan tugas yang sulit atau tidak diinginkan atau semacamnya) di masa lalu dengan kemungkinan di masa sekarang. Ia menjadikan penundaan sebagai alasan untuk mencegah terjadinya pengalaman buruk tersebut.
Misal, si A pernah terlambat ngumpulin tugas sebuah matkul dan nilainya dikosongin. Ujungnya, si A ogah-ogahan ngerjain tugas matkul apapun karena takut dapet nilai 0 lagi. Meskipun tugasnya masih bisa dikerjakan (walaupun dikumpulkan terlambat) dan belum tentu enggak dinilai sama dosen, si A tetep enggak ngerjain karena takut merasakan lagi pengalaman buruk itu.
- Kekurangan lainya
Sebab lain yang memungkinkan terjadinya prokrastinasi adalah kurang pede pada kemampuan diri sendiri, kurang konsisten dalam mempertahankan kinerjanya, ataupun kurang motivasi dari diri sendiri (kesadaran diri) untuk mengerjakan tugas tersebut.
- Kondisi lainnya
Kalau bertanya ‘kok kamu belum ngerjain?’ ke orang yang enggak terlalu sering nunda, mungkin jawabannya antara tidak tahu cara menyelesaikannya, tidak mau mengerjakannya, enggak mood, terbiasa mengerjakan mepet deadline, ataupun takut salah.
Dampak prokrastinasi jelek banget dong, Min?
Sebelum ngomongin dampak, MinHup mau infoin dulu kalau prokrastinasi itu ada 2 macam, yaitu active dan passive.
Orang yang tergolong active procrastinator menunda kegiatannya dengan sengaja karena dia melakukan kegiatan lain yang lebih penting. Selain itu, melakukan kegiatan yang mepet deadline membuatnya termotivasi. Hal ini disebabkan oleh self–regulatory dan time management yang baik dari orang tersebut.
Dampaknya gimana, Min? Misal nih, di hari libur kita punya deadline tugas kuliah atau kerjaan. Di sisi lain, kita punya series yang tinggal 1 episode lagi dan setumpuk pakaian untuk disetrika. Kalau kita tergolong active procrastinator, maka kita bisa menunda semua kegiatan itu. Kita bisa menggunakan waktu untuk merencanakan kegiatan mana yang harus didahulukan. Selain itu, kita bisa merasa termotivasi untuk mengerjakan tugas yang mepet deadline karena tidak ada lagi waktu untuk disia-siakan sehingga semua kegiatan itu bisa diselesaikan dengan cara paling efisien.
Sementara itu, passive procrastinator tidak berniat untuk menunda, tetapi ia kesulitan untuk mengambil keputusan dengan cepat (dan melaksanakan keputusannya) serta memiliki time management yang buruk. Oleh karena itu, dia mengalami stres dan kinerjanya memburuk ketika mepet deadline.
Di sisi lain, terlalu sering menunda pekerjaan bisa berdampak buruk lho! Di antaranya adalah:
- Masalah kesehatan
Mereka punya stres yang tinggi dan masalah kesehatan seperti insomnia, gangguan pencernaan, serta tegang otot dan nyeri. Kesehatannya bisa semakin terganggu kalau orang tersebut menunda untuk pergi ke dokter atau melakukan kegiatan yang menyehatkan seperti olahraga dan istirahat dengan cukup.
- Dicap buruk…
Seperti yang sudah disebutkan, mereka memilih kegiatan yang cepat memberi reward dibanding kegiatan lain yang lama memberi reward. Oleh karena itu, mereka menganggap tidak ada alasan untuk melakukan kegiatan yang lama tersebut. Ujungnya, mereka dianggap buruk dalam time management dan ‘menyadarkan diri sendiri’ (self management).
- Kinerja yang menurun
Hasil dari stres yang timbul ketika deadlinenya sebentar lagi bagi prokrastinator ini adalah terburu-buru menyelesaikan tugasnya sehingga hasil kinerjanya pun tidak akan maksimal seperti nilai tugas kuliah yang tidak mencapai ekspektasi, upah yang berkurang, ataupun tidak bertahan lama di pekerjaannya.
Ada cara buat end prokrastinasi ini gak, Min?
Jangan khawatir, Sobat Hidup. Masih ada jalan keluar yang bisa dilewati untuk mencegah dan memperbaiki dampak buruk prokrastinasi ini! Berikut MinHup rangkum.
- Merencanakan kegiatan secara bijak
Ingat-ingat dan urutkan kegiatan yang akan Sobat Hidup kerjain menurut urgensinya dan kerjakan dari tugas yang paling mendesak. Kalau perlu, tulis kegiatan-kegiatan tersebut beserta deadlinenya agar semuanya bisa dikerjakan dengan efisien.
- Nyicil
Kalau ada tugas yang sulit dan butuh banyak waktu untuk mengerjakannya, bagi tugas tersebut menjadi beberapa bagian yang lebih sedikit dan mudah dikerjakan. Hindari menumpuk tugas tersebut untuk dikerjakan sekaligus sebab dapat menyebabkan kewalahan (yang bisa berdampak ke menurunnya kinerja juga).
Kalaupun tidak dicicil, kerjakan tugas tersebut dengan cara lain yang lebih menyenangkan sehingga tugasnya tidak menakutkan lagi. Cara ini dapat melatih self–regulation orang yang berkaitan.
- Waspada dengan distraksi
Jangan sampai kegocek dengan bisikan-bisikan di kepala tentang kejadian study tour waktu SMP ataupun notifikasi dari game di ponsel. Sobat Hidup bisa menggunakan prinsip ‘usaha dulu, baru reward’ atau memikirkan hal lain untuk mengganggu distraksi tersebut.
- Reward diri sendiri setelah mengerjakannya!
Tadi udah susah-susah ngerjain tugas atau berkegiatan dari pagi sampai sore ‘kan? Jangan lupa kasih diri Sobat Hidup reward yang menyenangkan! Tujuannya sih biar gak kapok buat berkegiatan dan enggak dibiasain buat menunda-nuda.
Aku udah coba Min, tapi Tetep Aja…
Kalau Sobat Hidup merasa enggak ada perubahan dari upaya yang udah dilakukan, Sobat Hidup bisa menghubungi profesional untuk mendapatkan bantuan. Hidup Media menyediakan layanan Konseling Psikolog pada laman berikut https://www.solusihidup.com/konseling-psikolog/. Sobat Hidup bisa memilih psikolog yang lingkupnya cocok dengan kondisi yang lagi dialami lalu mengklik ‘Jadwalkan Sekarang’.
Semangat, Sobat Hidup! MinHup tahu nunda-nunda emang lazim tapi dampaknya kerasa. Gak apa-apa kalau sekarang nyoba tapi enggak keliatan hasilnya. Istirahat dulu buat ngeluh gak apa-apa tapi nanti mulai lagi yuk!
source:
Cherry K. 2022. Procrastination: Why It Happens and How to Overcome It. https://www.verywellmind.com/the-psychology-of-procrastination-2795944. Diakses pada 26 Januari 2023
Marks J. 2022. Effects of Procrastination: The Good and the Bad. https://psychcentral.com/health/good-and-bad-things-about-procrastination. Diakses pada 26 Januari 2023.
Rozental A and Carlbring, P. (2014). Understanding and Treating Procrastination: A Review of a Common Self-Regulatory Failure. Psychology 5: 1488-1502. http://dx.doi.org/10.4236/psych.2014.513160.
Sirois F and Pychyl T. 2013. Procrastination and the Priority of Short-Term Mood Regulation: Consequences for Future Self. Social and Personality Psychology Compass 7(2): 115-127.
Snehitha M, Kumar RVSK, Srinivasulu G, Deepthi A, Prathyusha V, Prasanth PS. 2021. Procrastination: Serious Issue to Be Considered – A Review. Quest Journals: Journal of Medical and Dental Science Research 8(8): 1-5.
Svartdal F, Granmo S, Færevaag FS. 2018. On the Behavioral Side of Procrastination: Exploring Behavioral Delay in Real-Life Settings. Front Psychol 9: 746. doi: 10.3389/fpsyg.2018.00746.